MENAKAR IDEALISME CALON REKTOR UHO SOSOK PIMPINAN IDAMAN

Cakrawala Sultra™ | 
Oleh : Riski Ishak (KETUA FORKOM B2K)
  Riski Ishak Afif : Ketua Umum Forum Komunikasi Bau-Bau "Kendari"

Selepas sholat dhuhur kemarin kembali hati ini terhenyak, bingung, gelisah dan bertanya-tanya setelah mendengar tentang pemilihan rektor yang untuk kesekian kalinya kembali tertunda. Temanku Aqil memberitahu bahwa alasan penundaannya karena belum rampungnya pemeriksaan berkas oleh KPK dan PPATK utamanya terkait dengan transaksi-transaksi keuangan.  Kemudian Aqil melanjutkan pembicaraannya dengan mengutip pernyataan di Koran Kendari Pos tertanggal 23 Maret 2017 yang menyatakan bahwa Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi tidak ingin gegabah dalam menyalurkan suara yang besarnya 35% atau setara dengan 54.38 suara.

Mendengar petikan kalimat kedua dari saudaraku Aqil, mendadak hati ini menjadi tenang, penuh optimisme dan mendukung sepenuhnya upaya dan langkah hati-hati dan cermat yang dilakukan oleh Menteri, Bpk Prof. Moh. Nasir.  Semoga pribadi Prof. Moh. Nasir sama seperti sosok pribadi pendahulunya dengan nama yang sama yakni Perdana Menteri Indonesia di era Bung Karno, PM Mohammad Natsir yang senantiasa teguh dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran dan kesederhanaan.
Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kedua lembaga ini menjadi tulang punggung dalam upaya mencegah dan memberantas praktek-praktek korupsi di Indonesia.

Korupsilah yang menjadikan bangsa ini miskin, terbelakang dan lambat laun menjadi hancur berantakan dan kehilangan harga diri sebagai bangsa.  Sosok rektor yang kami rindukan kedepan adalah beliau bersih dari praktek-praktek korupsi dan sogok menyogok.  Bersih dari tindakan yang merugikan berbagai pihak dan bersih dari tindakan mengambil hak orang lain.  Harapanku biarlah rektor kami setelah berjuang secara professional untuk mendapatkan sesuatu dan gagal daripada sukses namun dari hasil suap menyuap . Karena biasanya proyek yang didapatkan dari hasil suap akan berdampak pada terjadinya korupsi. Barang yang didapatkan dari hasil yang haram akan disalurkan juga kepada hal-hal yang haram. Ini suatu kaidah kebenaran.

Pemimpin yang korup akan berakibat fatal dengan kegagalan membangun institusi dan cenderung hanya mengeruk kekayaan kampus untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya.  Tidak memiliki integritas untuk membangun universitas dan inilah virus yang sangat berbahaya yang dapat menghancurkan sendi-sendi peradaban suatu kampus besar seperti Univ. Halu Oleo. 

Pemimpin yang korup dan menyogok mengindikasikan ketidak mampuannya secara manajerial dan ketidak profesionalannya dalam menjalankan tugas sebagai rektor. Biarpun titel berselempangan ditubuhnya, namun bermental korupsi maka tidak ada keberkahan  di kampus inipun dan diapun akan masuk penjara. Dianya malu, keluarganya malu, kami sebagai mahasiswanya malu, dosen-dosen dan pegawai malu, menteri yang memilihnya malu dan bangsa ini malu karena melakukan korupsi dan penyuapan.

Untuk sekedar diketahui bahwa menurut Lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW) jumlah kasus korupsi di Indonesia selama semester I tahun 2016 sebanyak 210 kasus dengan 500 orang tersangka. Nilai kerugian Negara ditaksir akibat korupsi mencapai 890.5 miliar dan nilai suap sebesar Rp 28 miliar, 1.6 juta Dollar Singapura dan 73.000 US Dollar.

Problema Kepemimpinan

Persaingan ke depan yang lebih ketat antar perguruan tinggi baik pada level nasional dan internasional menuntut suatu sikap dari seorang rektor ke depan untuk mampu memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwasanya dia mampu untuk memimpin kampus tercinta ini dengan cara mengajak dan memotivasi civitas akademik itu bergerak bersama-sama. Tantangan terberat sekarang ini adalah Perguruan Tinggi harus mampu menjawab persoalan global.  Perguruan Tinggi yang maju dan berkeinginan justru bergulat dengan dinamika perubahan global yang sangat cepat.  Inovasi –inovasi dan kreasi baru dalam bidang Ilmu pengetahuan bertambah setiap waktu, generasi baru datang dengan teknologi dan masalah yang berbeda-beda.

Rektor UHO ke depan diharapkan memiliki sikap kreatif, inovatif, inspiratif dan produktif. Jangan pilih rektor yang tidak memiliki kemampuan manajerial mumpuni yang hanya mengurus urusan administrasi seperti mahasiswa baru, pengukuhan guru besar, dan urusan tetek bengek lainnya. Keadaan ini tentunya tidak boleh berlanjut. Kembalikanlah misi Perguruan Tinggi pada khitahnya, yakni: 
1) mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, 
2) mengembangkan sivitas akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tri Dharma, dan 
3) mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora.

Rektor  yang Dirindukan

Kami sebagai bagian dari civitas akademika merindukan rektor yang kuat, bukan hanya kuat dan sehat secara fisik, tetapi lebih kepada kekuatan karakter dan mental yang dimiliknya. Sebagai mahasiswa, kami ingin memiliki rektor dengan sifat dan sikap untuk selalu turun ke mahasiswa mendengarkan masalah-masalah kami, jauh dari aji mumpung, berani tidak popular, tidak ragu untuk membenarkan dan menyalahkan, tidak melihat batas-batas golongan dan kepentingan, berkuasa tapi tidak menguasai, kaya tetapi tidak memiliki, cerdas tetapi  menyembunyikan kecerdasannya, berbicara melalui kerja, berprinsip tetapi terbuka, menghukum dengan menangis dan berdoa bukan untuk dirinya. "Bila kualitas pemimpin yang demikian itu terpilih menjadi orang kuat, maka kami yakin Universitas Halu Oleo ke depan dapat menghasilkan kaum inteletual muda yang profesional, lebih berbudaya, lebih kritis dan dapat bersaing baik di tingkat nasional maupun internasional".


www.cakrawalasultra.blogspot.com
SHARE

Cakrawala Sultra Adalah Media Online Independen Terkini Seputar Sulawesi Tenggara | Artikel Ini Publikasikan Oleh odenews

    Ayo Berkomentar
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

AYO LIBURAN KE KENDARI