Oleh: Unang Batukara
Membaca berita tentang wacana pembangunan, yang dicanangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Muna beberapa waktu lalu membuatku berdecak kagum. Betapa tidak, di daerah asal saya itu akan dibangun Jogging Center dan berbagai fasilitas penunjang lainnya. Semua terdengar luar biasa. Terlebih pembangunan veniu tersebut ditargetkan rampung tahun depan.
Ada rasa bangga yang tak dapat saya pungkiri. Raha akan terlihat lebih indah dan mempesona dengan semua itu. Rasanya ingin segera berada disana saat semua proses itu rampung. Di samping Veniu Jogging Center, Pemda juga akan membangun jalan dua jalur dalam kota, bahkan sampai daerah pinggiran kota. Begitu juga di wilayah Tongkuno. Saya membayangkan wajah baru kabupaten Muna saat membaca berita itu. Saya tersenyum bangga.
Saat masih menelusuri setiap postingan di daftar kabar berita akun facebook milikku. Tak jauh di bawah postingan tentang berita di atas, saya menemukan kiriman dari salah satu sahabat saya Alfin Pola. Beberapa gambar berlatar pantai di Pulau Munante dengan caption yang menyesakkan dada. "Save Pulau Munante." Dari postingan itu saya menyadari bahwa Pulau kebanggaan masyarakat Kec. Pasir Putih dan Muna Timur itu terancam oleh banyaknya penambangan pasir yang dilakukan secara ilegal.
Seolah terbangun dari mimpi. Saya merasa iba mendapati kenyataan, bahwa tidak sedikitpun dari berita yang saya baca sebelumnya menyinggung daerah yang sedang berjuang untuk memekarkan diri itu. Daerah kelahiranku. Jangankan tersentuh pembangunan. Mereka bahkan masih disibukkan untuk menjaga aset yang harusnya pemerintah bertanggung jawab untuk melindunginya.
Saya seperti menemukan alasan untuk semakin terlibat dalam upaya "revolusi" itu. Kata revolusi mungkin agak berlebihan bagi sebagian orang untuk disematkan pada upaya pembentukan DOB. Namun Soekarno dalam salah satu risalahnya telah memberi uraian yang sangat mencerahkan. Sang proklamator itu mendefinisikan revolusi sebagai segala bentuk upaya untuk menghancurkan status quo, gerakan merubah tatanan lama, melahirkan sistem baru yang dapat lebih efektif mengantar pada cita-cita kesejahteraan.
Pembentukan DOB [Muna Timur] sejatinya berorientasi pada pendekatan pelayanan, pemanfaatan sumber daya yang lebih berdaya guna, pemberian kesempatan baru yang seluas-luasnya. Yang kesemuanya mengarah pada tercapainya kesejahteraan. Bukankah ia layak menyandang status REVOLUSI?
Lebih jauh Soekarno menuturkan. Syarat setiap revolusi yaitu harus terdapat dua hal yang saling berjalin kelindan. Keduanya harus berjalan bersama secara konsisten dan kontiniu. Kedua hal itu adalah "Dekonstruksi dan Rekonstruksi. Dekonstruksi sebagai segala upaya, gerakan dan gebrakan untuk meruntukan tatanan lama, yakni melepaskan diri dari cengkraman sistem sebelumnya.
Di sisi lain, hal yang harus selalu mengiringi proses dekonstruksi adalah rekonstruksi. Yakni segala upaya untuk menyambut keadaan baru dengan kesiapan yang terencana dan terukur. Sungguh aneh jika revolusi berlangsung tanpa persiapan mengisi perubahan dengan ornamen-ornamen yang lebih baik. Ini terjadi di banyak masyarakat kita. Berjuang secara dekonstruktif. Tapi tak berdaya membangun rekonstruksi.
Namun sebagaimana perjuangan dekonstruksi yang tak dapat melibatkan semua orang. Rekonstruksi juga selalu punya pasukan khusus. Mereka yang lebih energik, lebih visoner dan lebih muda tentunya. Dan kaum muda telah menunjukan pandangan rekonstruktif lewat gerakan-gerakan mereka. Paguyuban-paguyuban telah berdiri dan eksis. Upaya-upaya melindungi aset dan kekayaan daerah telah dilakukan. Saat semua kekuatan ini menyatu. Revolusi adalah hal yang tak dapat dihindari.
Tulisan ini saya persembahakan bagi saudara-saudara yang sedang berjuang dalam revolusi. Semoga kalian senantiasa berada dalam lindungan-Nya.
Kediri, 28 Juli 2017
0 komentar:
Posting Komentar