Cakrawala Sultra™ |Sebagai Masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) Kita merindukan Daerah yang semakin baik. Daerah yang hebat, maju, makmur dan sentosa. Daerah yang menguasai teknologi, ekonominya tidak morat-marit, ekspornya jauh melebihi impor, kualitas SDM tinggi, korupsi sangat rendah (malah kalau bisa nol), serta birokrasi yang teratur. Kita merindukan layanan kesehatan yang baik, kriminalitas yang jarang sehingga penjara yang sepi.
Selama ini kita selalu menganggap bahwa itu semua bisa terwujud melalui sistem pemerintahan yang baik. Konsekuensinya, kita butuh pemimpin yang mumpuni. Dalam teori kepemimpinan memang ada teori bahwa sumber dari majunya sebuah Daerah atau apapun adalah dari pemimpin yang cerdas memimpin. Melalui kecakapan seorang pemimpin maka lahirlah sistem kepemimpinan yang efektif. Tapi kadang kita lupa, pemimpin yang baik lahir dan tumbuh dari lingkungan yang kondusif, yang mendukung terciptanya bakat-bakat kepemimpinan yang baik pula.
"Seorang pemimpin mustahil lahir dari masyarakat yang penyakit korupsinya sudah kronis. Bisa dipastikan, masyarakat yang koruptif hanya akan mendorong lahirnya calon-calon pemimpin masa depan yang lebih koruptif dibanding generasi sebelumnya."
Menyikapi masaalah itu (jika memang masyarakat kita sekarang sudah tidak kondusif melahirkan pemimpin yang ideal), maka kita butuh pengkondisian masyarakat di mana calon-calon pemimpin dipupuk dan ditempa serta di didik dengan nilai-nilai yang merupakan prasayarat utama lahirnya pemimpin. Salah satunya, kita mestinya mulai membudayakan hidup sederhana, tapi dengan cita-cita yang besar.
Kita juga mesti berani mengatakan pada anak-anak kita, bahwa calon pemimpin yang baik adalah yang berani mengubah keadaan, yang merasa bahwa segala sesuatunya pasti akan lebih baik jika mau menyuarakan kebaikan itu tidak dengan kata-kata, melainkan tindakan. Soalnya, kita sudah terbiasa dengan dogma, retorika, kotbah, kata-kata mutiara. Budaya timur adalah gudangnya kata-kata mutiara, ditambah lagi dengan ajaran agama kita. Tapi implementasinya adalah hal lain yang belum senada-seirama.
Maka, sekali lagi, Daerah yang hebat butuh rakyat yang hebat pula. Mari kita lihat Daerah-daerah yang sudah maju di di Indonesia. Sistem yang dibangun untuk kepentingan rakyatnya disambut rakyatnya dengan respon yang tak kalah hebatnya. Hal yang kelihatannya sepele, namun urgen, sebagai contoh, budaya antri. di Sulawesi Selatan, orang malu untuk tidak antri. di Daerah Kita ini, terkhusus Kota Kendari ,di jalan raya, para pengendara rata-rata tidak mengindahkan zebra-cross, tetap saja melaju di saat pejalan kaki hendak menyeberang. Aneh sekali, padahal untuk menghentikan mobil/motornya tak sampai satu menit. Di Daerah ini , saya harus bersabar lama untuk menyebrang, karena begitu berdiri di tepi jalan, dekat zebra-cross, maka mobil/bus/motor selalu melaju serentak tanpa memikirkan penyebrang jalan.
di Daerah kita, Sulawesi Tenggara (Sultra) membuang sampah tidak pada tempatnya hampir sama kronisnya dengan mengambil yang bukan haknya (korupsi). Maka, jangan salah kalau saya meyakini bahwa kedisiplinan membuang sampah pada tempatnya nantinya akan berbanding lurus dengan sikap antikorupsi seseorang di kemudian hari. Sebaliknya, saya yakin mereka yang kini dikelilingi oleh kasus korupsi (baik yang sedang dalam proses pengadilan maupun yang sudah dipenjarakan) dulunya pasti suka membuang sampah sembarangan.
Dus, saya jadi ingat dengan statusFacebook teman lama saya, yang kebetulan sedang studi S-2 di UHO Kendari. Katanya, “negara hebat itu bukan cuma karena pemimpinnya hebat, tapi karena masyarakatnya hebat: mau antri, buang sampah pada tempatnya dan mendapatkan uang dari keringatnya sendiri”. Diam-diam saya tidak terlalu terkejut manakala menyimak berbagai berita berkicauan dimedia dalam kurun waktu terakhir, yang banyak sekali menyiratkan kebodohan kita pada hal-hal yang mestinya kita bisa belajar seksama dari situ.
"Contoh paling besar adalah Kasus Demonstari Pelecehan Agama yang di Daerah manapun ikut aksi ke Jakarta Pusat ‘langganan’ menyerang hari-hari kita setiap saat".
Terakhir, kelengahan kita pada Kelomlok Korupsi yang juga seperti ‘abadi’. Kita tampaknya masih ‘bermimpi’ untuk menuju Daerah yang hebat, manakala kita sendiri belum juga mau hebat.
"Hebatnya suatu daerah tergantung dari kehebatan kita sebagai masyarakat".
Oleh : La Ode Muhamad Fardan,S.I.K
0 komentar:
Posting Komentar